makalah penelitian sastra angkatan 2005 universitas haluoleo
penulisan makalah ini dibawah bimbingan dosen pengasuh matakuliah Penelitian Sastra Ahid Hidayat

PENINGKATAN APRESIASI SISWA TERHADAP SASTRA MELALUI PENYERBALUASAN KARYA SASTRA

oleh: Achul Fauzy

ABSTRAK

Sastra bukan lagi hal yang asing bagi semua siswa karena sastra selalu ada dalam pembelajaran sekolah, untuk itu upaya peningkatan apresiasi sastra perlu dilaksanakan/diadakan agar kita tetap bisa menikmati sastra. Saat ini persoalan tentang kedudukan sastra perlu diadakan yaitu tentang kedudukan sastra dalam siswa mempunyai pandangan bahwa sekarang apresiasi siswa kita terhadap sastra masih relatif rendah, karena itu perlu diadakan peningkatan melalui program yang amat kongkrit, yang menyebarluaskan karya sastra.
Meskipun ada beberapa kemajuan di bidang apresiasi sastra masyarakat, yang antara lain ditandai dengan maraknya penerbitan buku-buku sastra belakangan ini, kemajuan itu bagaimanapun tidak sebanding, bahkan jauh dari apa yang kita harapkan.

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah pengungkapan hidup dan kehidupan yang dipadu dengan  daya imajinasi dan kreasi seseorang. (Sumarni) oleh karena itu karya sastra selalu ada dalam kehidupan masyarakat. Sastra sendiri adalah karya seni, karena itu dia mempunyai sifat yang sama dengan karya seni yang lain seperti seni suara, seni pahat dan lain-lain. Tujuannya pun sama yaitu untuk membantu manusia menyingkapkan rahasia keadaannya.
Sastra bukan hal lagi yang baru bagi siswa maupun siswa, karena pengajaran sastra selalu ada dalam pembelajaran. Akan tetapi sastra yang mereka kenal hanya sebatas tahu apa itu sastra, tanpa mengetahui apa sebenarnya itu sastra, apa yang dapat diberikan oleh sastra, serta apa manfaat dari sastra itu sendiri. Bagi siswa/siswa yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi pun hanya sekedar tahu atau kenal apa itu sastra, tanpa melihat sumbangsih apa yang dapat diberikan sastra dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi bagi mereka yang kurang paham akan sastra, mereka tidak akan tahu apa itu sastra.
Meskipun ada beberapa kemajuan di bidang apresiasi sastra, yang antara lain ditandai dengan maraknya penerbitan buku-buku sastra belakangan ini, kemajuan itu bagaimanapun tidak sebanding, bahkan jauh dari yang diharapkan. Dengan adanya buku-buku sastra tersebut juga tidak terlepas dari segala persoalan. Karya sastra itu disodorkan kepada masyarakat/siswa-siswi/mahasiswa maka mereka sebagai publik pembaca pun mempunyai hak penuh untuk memberikan komentar. Bagi siswa yang awam/pembaca awam mereka hanya dapat menghargai karya sastra dengan apresiasi yang sederhana. Akan tetapi bagi pembaca terdidik, selain dapat menghargai juga bisa menilai karya sastra. Berdasarkan persoalan tersebut, dapat dikatakan bahwa apresiasi siswa terhadap sastra masih relatif rendah, maka perlu diadakan upaya untuk dapat bisa meningkatkan apresiasi siswa terhadap sastra ke arah yang lebih baik.

PEMBAHASAN
Keterlibatan sastra dalam kehidupan kongkrit sesungguhnya amat tergantung pada cara siswa kita memaknai karya sastra dan mencari relevansinya dengan kehidupan aktual kita. Namun ini jelas tidak mudah, karena kemauan dan kemampuan siswa kita memaknai karya sastra dan mencari relevansinya dengan kehidupan aktual kita amat tergantung pada daya apresiasi siswa kita terhadap karya sastra itu sendiri. Dari persoalan tersebut juga menjadikan salah satu alasan mengapa apresiasi siswa kita terhadap sastra masih relatif rendah.
Apresiasi siswa kita terhadap sastra relatif rendah, maka mereka tak akan menemukan fungsi-fungsi sastra dalam pengertiannya yang secara sosial amat berarti. Sebaliknya, karena mereka cenderung menjauhi atau menjatuhkan sastra dalam kehidupan mereka sehari-hari dalam konteks inilah sastra nyaris tak pernah terlihat dalam isu-isu penting pada tatanan sosial. Sastra seakan di isolasi sebagai persoalan siswa sastra belaka.
Rendahnya apresiasi sastra siswa kita di satu pihak dan rendahnya fungsi sastra di pihak lain bersumber dari banyak hal. Untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap sastra selain adanya penerbitan buku-buku, sebaiknya para sastrawan atau orang yang ahli dalam sastra dapat terlibat langsung dalam kehidupan kongkrit dan diberikan penyuluhan tentang sastra, serta dapat menjelaskan apa yang dapat diberikan oleh sastra dalam kehidupan kita semua khususnya bagi para siswa. Selain itu harus segera dikatakan bahwa keterlibatan sastra dalam kehidupan kongkrit sesungguhnya amat tergantung pada cara siswa kita memahami karya sastra.
Selain pengadaan buku-buku sastra dan terlibatnya para sastrawan, pengajaran sastra di sekolah kita inilah tempat pertama secara formal seseorang diperkenalkan pada sastra. Dan sebisa mungkin kepadanya ditanamkan fungsi sastra dalam batas yang amat minim sekalipun. Demikianlah kepada anak-anak diperkenalkan beberapa sajak Chairil Anwar, misalnya, seraya diperkenalkan pula hubungan sajak-sajak Chairil Anwar dengan perjuangan kemerdekaan.
Kiranya sulit dibantah bahwa pengajaran sastra di sekolah mengandung persoalan dan kelemahan yang amat serius, baik dari segi metodologi, maupun sarana pendukungnya. Di sekolah-sekolah kita sastra diajarkan lebih sebagai teori, istilah-istilah teknis yang relatif rumit, dan banyak hal sebagai hafalan. Kepada siswa-siswa SMP, misalnya diajarkan bentuk-bentuk puisi lama, mantra, syair, pantun, talibun, gurindam, dan lain-lain sebagai istilah-istilah teknis yang mesti hafal. Kepada siswa-siswa SMA diajarkan angkatan-angkatan dalam sastra. Indonesia berikut sejumlah tokohnya yang mesti mereka hafal pula. Dengan itu siswa-siswa kita belajar sastra tanpa harus membaca sastra itu sendiri, dan sedemikian rupa melakukan lompotan, mempelajari apa yang sebenarnya merupakan konsumsi para sarjana sastra. Dengan demikian, siswa-siswa kita mengenal sastra tanpa mengalaminya.
Apresiasi siswa terhadap sastra tentu saja harus di dorong agar segera bergerak dan meningkat ke apresiasi karya sastra bagaimanapun ditulis pertama-tama untuk dibaca dengan segala tuntutan dan konsekuensi logisnya. Potensi ke arah sana, sebagaimana diuraikan di muka, jelas ada dan berpenghargaan, namun tetap diperlukan berbagai stimulus untuk mengaktualkannya. Menyebarluaskan buku-buku sastra melalui program yang terencana dalam skala besar-besaran merupakan keharusan yang mendesak. Perpustakaan dengan jumlah buku yang memadai mesti berdiri di setiap kota. Memang siswa kita sebenarnya memiliki daya dan mekanisme sendiri untuk mendistribusikan buku-buku sastra ke berbagai daerah, sebagaimana dilakukan oleh beberapa penerbit untuk menembus pasar-pasar alternatif. Tapi bagaimanapun negara harus memelopori penyebarluasan karya sastra ini kepada siswa hingga daerah-daerah yang hanya mungkin dijangkau oleh negara, agar negara ada gunanya.
Dengan beberapa  pemecahan masalah tersebut diatas diharap dapat meningkatkan apresiasi siswa kita terhadap sastra sehingga sastra bukan hanya sekedar dikenal akan tetapi dapat memberikan sumbangsih bagi siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya bahwa dengan bersastra kita dapat memperoleh manfaat juga mengetahui fungsinya.

PENUTUP
Peningkatan apresiasi sastra melalui penyebarluasan karya sastra dalam upaya meningkatkan apresiasi siswa terhadap sastra dianggap perlu. Persoalan pertama menyangkut pandangan bahwa apresiasi siswa kita terhadap sastra masih relatif rendah, dan karena itu perlu ditingkatkan melalui program yang amat kongkrit, yaitu menyebarluaskan karya sastra, selain itu pengajaran sastra di sekolah juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap sastra, inilah tempat pertama-tama secara formal seseorang diperkenalkan pada sastra, dan sebisa mungkin kepadanya ditanamkan fungsi sastra.


PUSTAKA ACUAN


Wahid, Sugira. 1997. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar: CV. Berkah Utami.
Hendry. 2000. Dasar-Dasar Prinsip Sastra. Bandung: Angkasa




0 komentar:

estetik